Dalam beberapa kesempatan formal ataupun informal, saya pernah bilang begini kepada adik-adik milenial, “Kalian ini bukti bahwa Indonesia sedang menyongsong bonus demografi, ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar daripada penduduk usia nonproduktif. Dengan populasi generasi seumuran kalian yang demikian besar, kalian mau gak mau harus menghadapi persaingan yang lebih ketat dibandingkan zamanku atau senior-senior kita!”
“Makanya,” lanjut saya, “kita perlu menyiapkan perbekalan dari sekarang. Kita perlu menemukan titik keunggulan kita, dan selanjutnya kita asah terus sehingga menjadi bekal kita untuk bersaing dan berkontribusi lebih besar nantinya…”
Lalu saya menerima pertanyaan susul-menyusul dari mereka tentang bagaimana menemukan minat dan keunggulan, bagaimana berkompromi dengan situasi sekitar yang kurang mendukung, dan seterusnya.
Begitulah. Meskipun usia saya berselisih “hanya” sekitar sepuluh tahun dari mereka, rasanya zaman dan situasi sudah sangat berbeda. Tentu, ketika saya seumuran mereka, saya juga sudah dihadapkan pada beragam kompetisi untuk merebut peluang ini dan kesempatan itu. Namun, hari ini, mereka menghadapi sebuah dunia dengan persaingan yang kian ketat saja. Begitu banyak anak muda, dengan skill set dan kualifikasi yang lebih-kurang sama, berebut peluang dan kesempatan yang relatif terbatas.
Hal ini mengonfirmasi pentingnya mereka, anak-anak muda ini, untuk menumpuk perbekalan. Secara terus-menerus. Agar mereka dapat menapakkan kaki di dunia nyata dengan kepala tegak dan percaya diri. Agar kans mereka semakin besar untuk meraih peluang yang ada. Agar mereka punya keunggulan menonjol di tengah begitu banyak orang seumuran mereka. Istilahnya, “standing out from the crowd“.
Bukan, ini bukan sekadar demi uang, kuasa, dan status sosial. Bukan semata untuk merebut posisi di instansi/korporasi, memenangkan beasiswa bergengsi, mendirikan bisnis beromset tinggi, atau menikmati spotlight yang mendongkrak reputasi diri. Bukan!
Peningkatan bekal dan kapasitas diri itu adalah tentang bagaimana mereka akan meneguhkan peran di tengah pentas kehidupan anak manusia, di masa yang akan datang. Tentang bagaimana mereka nantinya bisa memberikan kontribusi, nilai tambah, dan rekam jejak penuh nilai kebaikan. Pada peran apa pun yang mereka jalani.
Sudah barang tentu, takdir masing-masing diri di masa depan adalah misteri. Kita tidak pernah tahu, seperti apa peran dan kesudahan kita suatu hari nanti. Barangkali ada yang cukup beruntung meraih hal-hal yang menjadi dambaan semua anak muda sebayanya. Ada yang harus melakukan kompromi sana-sini dalam perjalanan mengejar impian. Ada pula mungkin yang belum berhasil mencapai sesuatu dan mau tak mau harus banting setir menjalankan Plan B. Setiap individu akan menghadapi takdir, jalan hidup, pertarungan, dan tantangan yang sangat berbeda-beda satu sama lain.
Hanya saja, saya rasa semua sepakat, tidak ada gunanya menghabiskan waktu untuk khawatir. Masa depan itu tetaplah misteri, titik. Yang bisa dilakukan mulai sekarang adalah mempersiapkan bekal baik-baik. Mengeksplorasi dan mengasah keunggulan. Memupuk portofolio secemerlang mungkin. Memperluas cakrawala dan jejaring. Mengerjakan apa yang harus dikerjakan dengan passionate. Dan seterusnya.
Motivasi dan semangat itulah yang perlu terus ditumbuhkan. Saya berusaha melakukannya pada lingkar-lingkar yang bisa saya jangkau.
Untuk yang masih sekolah, saya ingatkan untuk tekun. Untuk yang sedang kuliah, saya ingatkan untuk giat memoles portofolio. Untuk yang mulai menapaki awal karier, saya ingatkan untuk berkinerja sebaik mungkin. Untuk yang berwirausaha, saya dukung agar semangat mengerahkan ikhtiar terbaik. Satu hal yang pasti, dunia tidak akan berpihak kepada mereka yang nir-motivasi dan malas bertarung.
Sesungguhnya, tidak semata mereka para milenial yang harus berbekal dan berjuang. Generasi yang lebih senior pun harus demikian. Tak terkecuali saya, yang termasuk golongan xennial, alias kejepit di antara generasi-X dan milenial. Dengan dinamika zaman yang semakin cepat dan terus berubah, saya juga harus bersiap dan berbekal. Pesan yang saya sampaikan di atas kepada adik-adik milenial, sebenarnya adalah juga nasihat untuk diri saya sendiri.
“I’maluu ‘alaa barakaatillaah“. Mari berjuang, dengan memohon curahan berkat dari Yang Mahakuasa.
Selamat berjuang. Dan terima kasih sudah terus berjuang mewujudkan mimpi…
—
Gambar: Reading Room kampus tercinta University of Technology Sydney (UTS)
Leave a Reply