Posted by: Salim Darmadi | 6 July 2022

Consistency vs. Perfection: Perjalanan Menuju Lebih Bugar

“Salim, kok kurusan sekarang? Sehat-sehat ‘kan?” Pertanyaan semacam itu berulang kali saya terima dari kawan-kawan saya, baik di Negeri Kanguru maupun di Tanah Air. Mungkin karena mereka pangling setelah beberapa lama tidak berjumpa ataupun baru melihat penampakan terkini saya di media sosial.

Saya buru-buru menjawab karena tidak ingin mereka berpikir saya sedang sakit atau bahkan sedang stres menjalani studi doktoral saya. “Alhamdulillah, sehat-sehat kok. Ini memang disengaja karena mencoba lebih bugar sekarang!”


Baiklah, sebenarnya saya tidak terlalu percaya diri menuliskan pengalaman saya tentang perjalanan panjang menuju (lebih) bugar ini. Terlebih di linimasa saya ada sekian banyak kawan yang demikian istiqamah dalam berolahraga (lari, gowes, angkat beban, tenis, bulutangkis, futsal, sepakbola, you name it!) maupun dalam menjaga pola makan. Saya merasa bagaikan remah-remah rengginang sahaja dibandingkan mereka. Karena itu, saya menuliskan catatan ini bukan untuk memotivasi atau menginspirasi Anda. Sama sekali bukan! Saya ingin catatan ini dapat menjadi sarana yang dapat saya simak lagi sendiri di kemudian hari, khususnya ketika harus berjumpa dengan naik-turunnya motivasi.

Kalau melihat ke belakang, terutama ketika di Tanah Air, saya teringat kembali betapa panjangnya jam-jam yang saya lalui di luar rumah. Bekerja, aktivitas organisasi, kegiatan sosial, meet-up ke sana kemari, agenda keluarga, dan seterusnya. Ketika sampai di rumah dengan segala kepenatan, rebahan menjadi kegiatan saya yang paling kentara. Aktivitas olahraga saya terbilang jauh dari teratur. Pola makan apalagi. Meskipun hasil medical check-up saya secara keseluruhan alhamdulillah tidak ada isu berarti, saya tahu persis kebugaran saya tidak bisa dibilang prima. Di tahun-tahun pertama saya merantau lagi di Negeri Kanguru, belum ada perubahan berarti. Kebiasaan mengudap justru semakin intensif, yang membuat skinny fat saya semakin terlihat sedemikian rupa.😌

Lalu datanglah pandemi dan lockdown yang membawa saya ke aneka perenungan tentang hari ini dan hari depan. Jika dikaruniai umur hingga usia senja (insyaallah), saya tentu ingin tetap berdaya, sehat, dan mandiri. Saya bertanya kepada diri sendiri. Lantas apa yang sudah engkau siapkan dari sekarang, ketika engkau terbilang relatif muda? Apakah kebiasaanmu saat ini layak diteruskan untuk mencapai masa depan yang engkau impikan? Saya meyakini belum terlalu terlambat untuk memulai, meski tentu ada penyesalan juga kenapa hal baik ini tidak saya mulai lebih awal.

Saya pun mencatat baik-baik satu hari di musim semi tahun 2020, sekitar satu setengah tahun silam, ketika saya bertekad memulai gaya hidup lebih sehat dan berikhtiar menjadi lebih bugar. Lalu pertanyaannya, akan seambisius apa saya dalam menjalani pola hidup baru ini? Akhirnya setelah sekian banyak refleksi diri dan evaluasi, saya menemukan format yang lumayan tepat untuk diri sendiri. Saya tidak ingin terlalu membanding-bandingkan perjalanan diri dengan perjalanan yang ditempuh orang lain. Ada situasi berbeda-beda yang dihadapi masing-masing orang. Akhirnya saya memilih langkah yang lebih slow dan tidak terlalu ambisius, namun bisa konsisten sedemikian rupa. Consistency is better than perfection!

Pertama, soal olahraga.

Dalam hal ini saya memilih lari dan angkat beban. Di awal-awal, saya pasang target ini-itu untuk lari (padahal waktu itu lari beberapa ratus meter saja sudah ngos-ngosan!), lengkap dengan mengukur performa di Strava. Tetapi lama-lama, saya merasa ini bukan saya banget. Akhirnya saya uninstall-lah itu Strava, dan sekarang tidak pernah lagi membawa gadget ketika pergi lari. Di Sydney, syukurnya saya tidak harus pergi ke jogging track atau fasilitas olahraga tertentu untuk lari. Trotoar di kawasan permukiman yang lengang di sekitar tempat tinggal saya pun sudah sangat memadai. Cuaca Sydney yang relatif hangat juga turut membantu.

Demikian juga soal angkat beban. Dumbbell di rumah lama-kelamaan menjadi terasa terlalu ringan, lalu saya mencoba merutinkan pergi ke pusat kebugaran di dekat rumah. Alhamdulillah gym tersebut buka 24/7, dan di sini nge-gym itu lebih terasa sebagai olahraga soliter apalagi saya males ngobrol dengan gymgoer lain, hehehe. Namun lagi-lagi saya tidak terlalu ambisius. Mohon jangan tanya progress saya terkait pull-up, deadlift, barbell squat, maupun bench press ya. Saya memilih pelan-pelan, namun konsisten dan sesuai selera saya.

Kedua, terkait pola makan.

Belahan jiwa saya seorang nutritionist jadi bisa sering saya tanya-tanya, meskipun saya-nya kadang suka ngeyel, hehehe. Saya tidak pernah berprinsip 100% clean eating, apalagi mengadopsi gaya diet/puasa ini-itu ataupun konsep cheating day. Di awal-awal saya memang agak ‘ngoyo’ karena berusaha menurunkan berat badan. Sekarang ketika berat badan sudah lebih ideal, saya relatif lebih rileks. Saya sering makan salad dan wholefood, namun saya juga tetap menikmati gorengan, kue-kue manis, cokelat, ataupun masakan bersantan yang aduhai. Bedanya, kini saya tahu takaran dan tidak mengonsumsinya terlalu banyak, serta lebih terlatih menahan keinginan melahap makanan.

Ketiga, tentang pola tidur.

Alhamdulillah, dari dulu saya sudah memegang baik-baik nasihat Bang Haji Rhoma Irama untuk tidak begadang apabila tiada perlunya. Sehingga untuk aspek satu ini relatif tidak ada tantangan berarti. Saya bukan tipe night owl sehingga biasanya pekerjaan riset saya sudahi di sore atau awal malam. Pun ketika menonton sebuah turnamen bulutangkis yang harusnya berakhir lewat tengah malam waktu Sydney, saya lebih sering tertidur duluan.

Tak terasa, kini sudah sekitar satu setengah tahun sejak musim semi tahun 2020. Dampak positif yang saya dapatkan rasanya demikian banyak. Saya menjadi feeling good lebih sering, lebih bugar, badan terasa lebih enteng, lebih termotivasi untuk konsisten, dan lebih mudah menahan godaan makan. Kalaupun harus jatuh sakit seperti karena flu, saya merasa lebih cepat pulih. Kalau lama tidak berolahraga (misalnya di bulan Ramadhan ketika saya lebih memprioritaskan target-target lain), tubuh seperti berontak; terasa kaku dan minta digerakkan kembali.

Demikian perjalanan yang saya lalui menuju kondisi lebih sehat dan bugar selama satu setengah tahun terakhir. Layaknya sebuah perjalanan, tentu ada ups and downs-nya. Namun rasanya saya patut mengapresiasi diri sendiri karena sudah mampu mencapai resolusi yang saya canangkan sejak bertahun lalu, dan bisa terus berjalan hingga sejauh ini meski kadang harus tertatih-tatih. Alhamdulillah. Saya pun menaruh harap, semoga kebiasaan baik yang saya rintis di Sydney ini bisa berlanjut setelah kembali ke Tanah Air nanti.

Melihat kawan-kawan lain yang progress-nya jauh lebih bagus dan ambisius, saya tentu turut termotivasi, sambil tetap mengingatkan diri bahwa perjalanan saya dan perjalanan mereka bisa jadi berbeda. Untuk saat ini, biarlah saya mencoba melanjutkan kebiasaan yang buat saya pribadi sudah tergolong kemajuan luar biasa ini, sambil melihat ruang-ruang perbaikan yang bisa saya lakukan ke depan. Sekali lagi, saya memilih kekonsistenan alih-alih kesempurnaan.


Responses

  1. […] saya akhirnya menemukan kesempatan untuk mentransformasi kehidupan saya seperti yang saya kisahkan di tulisan ini. Di semester keempat ini, saya bertekad untuk menjalankan pola hidup yang lebih sehat. Saya […]


Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Categories

%d bloggers like this: