Posted by: Salim Darmadi | 1 August 2018

Proposal Riset S-3 (PhD) untuk Mencari Profesor dan Beasiswa

Untuk masuk program Doctor of Philosophy (PhD) di universitas-universitas Australia dan Inggris, pada umumnya kita perlu mendapatkan support dari profesor/dosen yang bersedia menjadi pembimbing (supervisor) sebelum mengajukan aplikasi ke universitas yang bersangkutan. Memang, ada beberapa universitas tertentu yang meminta pelamar untuk langsung apply ke universitas tanpa perlu mengontak seorang calon supervisor terlebih dahulu. Namun dari pengalaman saya, umumnya kita perlu mendapatkan profesor/dosen yang bersedia menjadi supervisor kita.

Ketika menghubungi profesor/dosen yang kita incar (yang bidang risetnya sejalan dengan topik proposal penelitian PhD kita) melalui email, kita perlu melampirkan dua “senjata”, yaitu proposal penelitian dan Curriculum Vitae. Kedua dokumen ini akan membantu calon supervisor melakukan penilaian untuk mengabulkan atau tidak mengabulkan permohonan kita. Faktor-faktor yang menjadi latar belakang keputusan tersebut di antaranya adalah: kesesuaian topik proposal kita dengan bidang riset beliau, kapasitas beliau dalam membimbing mahasiswa PhD (apakah sudah terlalu banyak bimbingan atau belum), serta latar belakang akademis dan pengalaman riset kita.

Pada tulisan ini saya bermaksud membagikan pengalaman dan tips saya dalam menyusun preliminary PhD research proposal untuk keperluan berburu profesor dan beasiswa, serta untuk mengajukan aplikasi ke universitas. Sesuai bidang ilmu yang saya tekuni, mungkin pengalaman dan tips ini akan lebih relevan untuk disiplin ilmu ekonomi, akuntansi, manajemen, dan bisnis; namun tidak tertutup kemungkinan akan bermanfaat pula untuk teman-teman dari disiplin ilmu lainnya yang sedang menyusun preliminary PhD research proposal. Pengalaman dan tips ini mungkin juga kurang relevan untuk mereka yang berencana mengambil PhD di Amerika Serikat atau Kanada, yang umumnya tidak mensyaratkan pelamar untuk menyampaikan proposal riset.

Dalam tulisan ini ada tiga topik yang hendak saya bahas, yaitu: (1) sebelum dan selama penyusunan proposal; (2) struktur atau sistematika proposal; dan (3) contoh proposal.

Sebelum dan Selama Penyusunan Proposal

Identifikasi area penelitian. Langkah pertama tentunya kita harus menentukan area penelitian kita. Misalnya di disiplin ilmu akuntansi, kita perlu memastikan area mana yang akan kita tekuni dalam penelitian PhD nantinya, apakah akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, audit, pelaporan keuangan dan disclosure, akuntansi pemerintahan, perpajakan, corporate governance, atau bahkan irisan di antara area-area tersebut.

Bisa jadi kita sudah punya satu area penelitian, karena kita sudah menaruh minat pada area tersebut dari awal atau bahkan mungkin sudah menekuninya beberapa tahun terakhir. Namun, apabila kita belum pasti area mana yang akan kita ambil, tentu kita perlu mengeksplorasi area-area potensial yang akan kita angkat. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca berbagai sumber (termasuk jurnal ilmiah) atau berdiskusi dengan teman/kenalan yang pakar di bidangnya. Dari situ lama-kelamaan kita dapat menemukan minat kita terletak di area yang mana.

Ketika memulai perjalanan saya di bidang penelitian ilmiah tahun 2010, saya sudah menentukan akan berfokus di area corporate governance. Pertimbangan saya pada waktu itu adalah karena data-data corporate governance relatif mudah didapat (umumnya data/informasi yang bersifat publicly available), saya menguasai metode penelitiannya, dan juga masih banyak topik corporate governance yang bisa diteliti dengan mengambil studi kasus Indonesia.

Tentukan topik penelitian. Setelah kita menetapkan area penelitian kita, selanjutkan kita memutuskan topik penelitian yang akan kita ambil. Langkah pertama tentunya adalah banyak mencermati isu-isu yang diangkat dalam karya-karya ilmiah yang terpublikasi beberapa tahun terakhir (tentu yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian kita, sehingga area eksplorasi bisa kita persempit dan tidak terlalu luas). Tujuan dari eksplorasi ini adalah agar kita familiar dengan isu-isu yang hangat, dan bisa mengidentifikasi bagaimana penelitian kita nantinya dapat memberikan novelty (sesuatu yang baru) terhadap literatur ilmiah.

Untuk itu, akses ke jurnal-jurnal ilmiah yang kredibel (seperti Elsevier Science Direct, Wiley Online Library, Emerald Insight, Springer Link, dan Taylor and Francis) menjadi keharusan. Sayangnya, tidak semua pemburu beasiswa PhD memiliki akses yang memadai. Bahkan mereka yang berprofesi sebagai dosen di Indonesia sekalipun, belum tentu universitas tempat mereka bernaung telah berlangganan jurnal ilmiah secara ekstensif.

Kita bisa menempuh beberapa cara. Misalnya, kita bisa meminta tolong kepada teman yang sedang belajar di luar negeri untuk men­gunduhkan paper yang ingin kita baca. Namun, tentu hal ini tidak seharusnya menjadi metode yang kita andalkan, karena tentu kita akan merasa tidak enak hati, terlebih teman kita di luar negeri pun punya kesibukan sendiri.

Karena itu, kita bisa menempuh cara lain, misalnya dengan memanfaatkan Social Science Research Network (SSRN). SSRN adalah platform yang biasa digunakan oleh para peneliti ilmu sosial dari seluruh dunia untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian mereka, namun umumnya masih draft awal sebelum dipublikasikan di sebuah jurnal ilmiah (sebagian besar dapat diunduh secara gratis dengan login terlebih dahulu). Hanya saja, perlu diwaspadai bahwa draft awal suatu paper bisa sedikit-banyak berbeda dengan versi final ketika terbit di jurnal. Namun dengan membaca draft suatu paper, kita dapat menarik gambaran mengenai suatu penelitian.

Misalnya, kita tidak punya akses terhadap paper yang ditulis oleh Grant A. Richardson dan Roman Lanis berjudul “Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness: An Empirical Analysis”, yang terbit di Journal of Accounting and Public Policy tahun 2012 (link di sini). Kita bisa mendapat gambaran tentang isi paper tersebut dengan mengunduh versi SSRN-nya pada link ini.

Selain SSRN, kita juga bisa memanfaatkan beberapa platform lain seperti Academia dan Google Scholar. Beberapa akademisi juga ada yang mengunggah draft paper mereka di website universitas masing-masing.

Setelah mengeksplorasi literatur ilmiah, maka kita bisa merumuskan beberapa alternatif topik penelitian yang kita angkat. Semakin mendalam kita membaca dan menelusuri literatur, insyaallah kita akan sampai pada topik final yang akan kita tuangkan dalam proposal.

Temukan literature gap dan pikirkan bagaimana penelitian kita dapat berkontribusi mengisi gap tersebut.  Sebuah riset PhD umumnya dituntut untuk memberikan sesuatu yang baru terhadap literatur ilmiah (meskipun tentu tidak ada tuntutan untuk memberikan terobosan luar biasa seperti para penerima Nobel sih, hehehe). Dari penelusuran kita terhadap literatur ilmiah, maka kita perlu mengidentifikasi gap yang ada di literatur, dan kemudian mencari ide bagaimana riset PhD kita dapat berkontribusi mengisi gap yang ada di literatur tersebut.

Upaya memberikan novelty ini bisa berasal dari bermacam aspek, misalnya terkait variabel yang kita gunakan, data, metodologi penelitian, atau konteks jurisdiksi. Misalnya, karena kita berasal dari Indonesia, kita bisa mengangkat topik yang belum (atau setidaknya belum banyak) diteliti di Indonesia, sehingga hal tersebut dapat kita harapkan untuk menjadi novelty tersendiri.

Pertimbangkan data dan metode penelitian. Kita bisa seidealis mungkin ketika menetapkan topik dan menulis proposal, namun sebaiknya kita tidak lupa untuk mempertimbangkan secara detail terkait data dan metode penelitiannya. Hal ini perlu dipikirkan matang-matang dari awal.

Misalnya, apakah data yang kita gunakan adalah data published atau bukan? Kalau bukan data published, bagaimana kita mengupayakan akses terhadap data tersebut? Apakah kita bisa mengupakan akses terhadap para  calon responden penelitian (khususnya untuk penelitian yang menggunakan kuesioner)?

Untuk metodologi, apakah kita telah menguasai metodologi yang digunakan dalam penelitian? Seberapa besar waktu dan tenaga yang harus kita alokasikan apabila kita belum familiar dengan metodologinya? Apakah universitas yang kita incar nantinya mengakomodasi mahasiswa PhD-nya untuk mempertajam skill metode riset?

Mulai menyusun proposal. Setelah langkah-langkah di atas sudah kita lalui, barulah kita mulai menyusun proposal. Saran saya adalah sebaiknya kita banyak-banyak mencari referensi dari berbagai sumber, termasuk website universitas-universitas yang kita incar. Biasanya, meskipun tidak semua, universitas-universitas menyediakan panduan dan contoh proposal untuk mengajukan aplikasi ke program PhD.

Nah, mungkin kita akan mendapati format yang berbeda-beda dari sekian banyak contoh yang kita baca. Saran saya, dari referensi-referensi itu, kita bisa memformulasikan format yang menurut kita pas. Sehingga kita hanya perlu satu format proposal yang kemudian kita sebar ke calon-calon supervisor yang kita sasar. Pengalaman saya, ketika menghubungi sekitar 40 profesor di berbagai universitas di Inggris, Australia, dan Selandia Baru, saya menggunakan proposal yang sama. Barulah format itu saya modifikasi sedikit ketika mendaftar beasiswa S-3 Luar Negeri LPDP, karena mau tak mau saya harus menyesuaikan dengan sistematika yang telah ditentukan oleh LPDP di buku Panduan Pendaftaran Beasiswa LPDP.

Struktur/Sistematika Proposal

Berikut adalah struktur proposal yang saya gunakan untuk mendekati para calon supervisor di berbagai universitas di Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Saya mengambil format ini setelah melihat banyak contoh dan referensi dari berbagai sumber, juga dari pengalaman saya dalam menulis karya tulis ilmiah di jurnal-jurnal internasional.  Sebagai gambaran awal, topik proposal saya adalah terkait corporate governance di sektor perbankan Indonesia, sedangkan untuk metodenya saya menggunakan metode kuantitatif dengan analisis ekonometrika.

Panjang proposal saya ini berkisar 2.500 kata (di luar daftar pustaka), sekitar 12 halaman A4 dengan spasi 1,5 dan ukuran font 12. Oleh salah seorang profesor di Inggris yang sempat saya hubungi, proposal ini disebutnya “well written” (mudah-mudahan bukan basa-basi beliau doang, hehehe).

Introduction. Bagian pendahuluan ini diawali dengan hal-hal yang bersifat umum. Jika menggunakan proposal untuk melamar beasiswa juga, sebaiknya paragraf-paragraf awal menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca di luar disiplin ilmu kita (karena kemungkinan reviewer aplikasi beasiswa kita, misalnya LPDP, berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang beragam). Adapun urut-urutan bahasan saya pada bagian pendahuluan ini adalah sebagai berikut:

  • Latar belakang mengapa corporate governance perbankan ini penting untuk mendukung daya tahan perekonomian nasional.
  • Beberapa studi terdahulu yang telah membahas topik serupa, untuk menunjukkan bahwa saya telah melakukan literature review pada topik yang hendak saya teliti.
  • Masalah/tujuan penelitian, yang saya jadikan sebagai bagian dari pendahuluan agar lebih ringkas.
  • Bagaimana kontribusi penelitian ini terhadap literatur akademis, dan apa hal baru yang saya angkat dalam penelitian.
  • Ekspektasi implikasi praktis dari penelitian ini, yaitu bagaimana hasil studi ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap pengaturan dan pengawasan sektor keuangan di masa mendatang (sehingga ada sumbangsihnya terhadap pelaksanaan tugas institusi saya serta pembangunan ekonomi nasional).

Literature review and hypothesis development.  Bagian ini menjadi salah satu aspek krusial karena kita perlu menunjukkan bahwa kita  menguasai area yang hendak diteliti serta sudah mengikuti riset-riset yang sudah dilakukan oleh para ilmuwan di area tersebut. Saya membuat urut-urutan sebagai berikut untuk bagian ini:

  • Landasan teori: di sini saya uraikan secara singkat teori-teori yang menjadi dasar dari topik yang saya ambil. Karena baru berupa proposal, tentu tidak perlu kita ulas secara mendalam dan panjang-lebar.
  • Penelitian empiris terdahulu: selanjutnya saya highlight hasil-hasil penelitian empiris yang ada di literatur. Sebaiknya yang mendapat prioritas adalah paper-paper yang terbit di jurnal ilmiah terkemuka, dan yang terbit tidak lebih dari 10 tahun terakhir.
  • Perumusan hipotesis: meskipun tidak perlu sangat mendetail, di sini saya kemukakan pula hipotesis-hipotesis yang akan saya uji dalam penelitian. Sebelum hipotesis dirumuskan, saya kemukakan terlebih dahulu 2-3 paragraf untuk mendukung premis hipotesis saya, terutama saya ambil dari hasil penelitian terdahulu dan juga konteks Indonesia-nya.

Research Design. Pada bagian ini saya utarakan data dan metodologi penelitian, dengan urut-urutan sebagai berikut:

  • Data yang akan saya gunakan, dan bagaimana saya memperoleh data dimaksud.
  • Metode analisis yang akan saya gunakan, berikut model ekonometriknya (tentu tidak perlu mendetail sekali).
  • Cara pengukuran variabel-variabel yang saya gunakan dalam model ekonometrik.

Timeline. Dalam bentuk tabel, di sini saya list tahapan-tahapan penelitian S-3 saya, mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai dengan finalisasi disertasi S-3 (PhD thesis). Meskipun umumnya PhD di Inggris dan Australia ditempuh dalam waktu empat tahun, timeline saya bagi dalam enam semester (skenario optimis), yaitu Semester I-2019 sampai dengan Semester II-2021. Adapun tahapan-tahapan yang saya masukkan adalah sebagai berikut:

  • Research Proposal
  • PhD Confirmation
  • Writing: Introduction
  • Writing: Institutional Background
  • Writing: Literature Review
  • Writing: Hypothesis Development and Research Methods
  • Data Collection
  • Data Analysis
  • Writing: Data Analysis and Discussion
  • Writing: Robustness Checks
  • Writing: Conclusion and Implications
  • Finalisation of PhD Thesis

References. Dalam daftar pustaka, saya menggunakan sebanyak 26 referensi berupa paper-paper dari berbagai jurnal internasional, terutama jurnal-jurnal terkemuka. Untuk landasan teori dan seminal work di area penelitian saya, saya menggunakan sejumlah paper yang terbit beberapa dekade lalu. Namun untuk riset-riset empiris, saya memasukkan banyak paper yang terbit beberapa tahun terakhir.

Contoh Proposal Penelitian

Karena berbagai pertimbangan, saya tidak dapat membagikan proposal yang saya susun untuk berburu profesor dan beasiswa tahun 2017 lalu, terlebih proposal tersebut besar kemungkinan akan saya rombak sesuai arahan supervisor saya nantinya.

Karena itu, dalam format yang kurang lebih sama, di sini saya sampaikan contoh proposal yang saya adopsi dari paper saya dan Achmad Sodikin yang berjudul “Information Disclosure by Family-Controlled Firms: The Role of Board Independence and Institutional Ownership”, yang terbit di jurnal internasional Asian Review of Accounting tahun 2013.

Contoh proposal silakan diklik pada link berikut: Contoh Proposal Penelitian – Salim Darmadi

***

Semoga sharing  tentang penulisan proposal ini bermanfaat. Pada tulisan ini, saya membagikan pengalaman dan beberapa tips untuk berburu calon supervisor di perguruan tinggi luar negeri, khususnya di Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Semangat dan sukses!

[Gambar diambil dari sini]


Responses

  1. […] Berikutnya, kita harus mempersiapkan juga proposal penelitian sebaik mungkin. Tips-tips proposal penelitian untuk berburu profesor dan beasiswa S-3 sudah saya bagikan di tulisan ini. […]

  2. Alhamdulillah tulisan Bapak ini sangat bermanfaat, semoga ALLAH izinkan menjadi amal jariyah bagi Bapak..aamiin

    • Allaahumma aamiin. Alhamdulillaah… terima kasih, Kak Yassier.

  3. terima kasih banyak atas tulisan bernas nya pa Salim. Sangat bermanfaat untuk saya. Semoga jadi pahala untuk bapak dan keluarga

    • Aamiin. Terima kasih banyak atas apresiasinya, Mas Arief. Tetap semangat dan sukses mengejar cita-cita…

  4. Bermanfaat sekali Pak tulisannya.. terima kasih

    • Terima kasih kembali. Semangat dan sukses!

  5. Alhamdulillah, thank you for sharing

    • You’re most welcome, Mas. Sukses selalu ya…

  6. Alhamdulillah tercerahkan pak. Matur suwun nggih.

  7. Alhamdulillah. Saya mendapatkan pencerahan dari artikel ini. Matur suwun ya pak.

    • Sami-sami, Mas. Tetap semangat mengejar cita-cita dan sukses selalu ya…

  8. makasih pak sharing nya sangat bermanfaat..

    • Terima kasih kembali, Kak Holmans… Terus semangat mengejar cita-cita!

  9. Terimakasih atas shared pengalamannya pak. Saya dulu agak bingung terkait setting penelitiannya.
    Dari pengalaman bapak, kira2 yg menjadi pertimbangan ketika semisal mengambil setting di indonesia jika memakai kuantitatif skopenya apakah minimal satu provinsi agar bisa pantas melabeli judulnya “study in indonesia”, atau bagaimana pak?
    Terimakasih sebelumnya.

    • Terima kasih kembali, Kak Budi. Mohon maaf, terus terang saya belum dapat menjawab pertanyaan ini secara detail karena satu disiplin ilmu tentu berbeda circumstance-nya dengan disiplin ilmu yang lain. Misalnya hal-hal yang menjadi acuan saya untuk disiplin ilmu akuntansi & keuangan akan banyak berbeda dengan disiplin ilmu sosial yang lain. Jadi yang bisa saya sarankan adalah mem-familiar-kan diri dengan terbitan ilmiah terkini di masing-masing disiplin ilmu kita, dengan merujuk pada jurnal-jurnal internasional yang terbit beberapa tahun belakangan. Demikian, Kak Budi, semoga membantu. Tetap semangat dan sukses selalu yaa…

  10. alhamdulillah, setelah googling akhirnya ketemu blognya mas Salim. Excellent mas, Terima kasih

    • Hehe, terima kasih juga sudah mampir Mas Rizza. Semoga apa yang saya coretkan di sini sedikit-banyak bermanfaat. Tetap semangat dan sukses selalu untuk Mas Rizza…

  11. Saya punya mimpi untuk meraih PhD di Aussie.. terima kasih tulisan masnya sangat bermanfaat sekali.. membakar semangat saya untuk meraih hal yg sama diumur saya yg saat ini sudah tidak muda lagi (37 thn) 😁
    Do’akan saya bisa meraih cita-cita yaa..

    • Aamiin. Tetap semangat dan semoga sukses dalam meraih cita-cita ya Kak. Fyi saya punya banyak teman yang menjalani studi PhD mereka di usia 40-an bahkan 50-an… Jadi rasanya umur 37 tahun belum tergolong tua kok 🙂

  12. halo pak, boleh saya dapat contoh proposal desertiasi bpk? soalnya di link nya diatas,sudah tidak aktif lagi pak. terimakasih. alkarimmalik@gmail.com

    • Halo, Kak Malik. Berkali-kali saya coba (tanpa login di WordPress) link di atas masih aktif dan bisa di-download tuh. Silakan coba lagi. Tapi kalau ternyata belum bisa juga, silakan email saya ya: salim.darmadi@gmail.com

  13. Terimakasih banyak pak..sangat bermanfaat dan menjadi pencerahan, semoga menjadi amal jariyah bapak..Aminn..

    • Aamiin… terima kasih kembali Kak Afri. Semangat dan sukses selalu!

  14. sugeng dalu bapak, saya sangat terinspirasi banget dengan blok bapak salim …berkenaan dengan penulisan proposal….

    • Alhamdulillah. Terima kasih atas apresiasinya, Kak Asfufi. Sukses selalu ya…

  15. barokallah pak Salim,terima kasih atas tulisan yang teramat inspiratif bagi saya yang baru memulai dan mencoba apply beasiswa dan mendapatkan supervisor, semoga apa yg bapak bagikan menjadi pahala dan amal jariyah bagi bapak dan keluarga, doakan kami jg bs tetap istiqomah ikhtiar dan mengikuti jejak bapak

    semoga bapak dan keluarga selalu sehat dan selalu dalam Lindungan Allah

    • Aamiin. Terima kasih banyak, Kak Laili. Terus semangat dan semoga sukses mencapai cita-cita ya…

      • Allahumma Aaamiin, matur nuwun sanget
        setiap tulisan bapak sangat menginspirasi saya untuk tidak pernah lelah berusaha dengan segala keterbatasan saya
        Terima kasih atas motivasinya bapak
        Semoga bapak dan keluarga selalu mendapatkan amalan setiap ilmu yang dibagikan

  16. Halo Pak Salim,.
    Masa tunggu setelah mengirim email ke calon supervisor ideal berapa lama ya biasanya. Saya paham para professor itu pasti lah orang super sibuk, tapi berapa lama ya waktu ideal utk menunggu balasan dari calon supervisor.

    Lalu saya bingung apakah baik mengirim email langsung ke beberapa calon supervisor. Boleh minta sharing pengalamannya..

    • Halo, Kak Dini. Mohon maaf baru respons. Pengalaman saya dan banyak kawan lainnya memang kami mengirim email penjajakan ke beberapa calon supervisor sekaligus (namun di universitas yang berbeda-beda). Hal ini berdasarkan pertimbangan efisiensi waktu, karena pastinya akan terlalu lama kalau kita menghubungi seorang profesor saja, menunggu jawaban yang bersangkutan, lalu baru mengontak profesor yang lain kalau tidak kunjung ada jawaban.

      Soal masa tunggu ideal, tentu kasusnya berbeda-beda ya. Ada yang hari itu juga langsung merespons, tapi ada juga yang berbulan-bulan sama sekali gak ada kabar :)) Karena itulah saya tetap menyarankan “tebar kail” ke beberapa calon supervisor secara simultan. Apabila misalkan ada beberapa profesor ternyata memberikan respons positif terhadap proposal kita, barulah kita menimbang-nimbang untuk memutuskan pilih yang mana. Begitu kita sudah memutuskan, kita tentunya harus mengirimkan email permintaan maaf kepada profesor yang tidak kita pilih, tentu dengan bahasa yang sopan dan diplomatis 🙂

      Hari ini (19 Desember 2022) saya telah mengunggah tulisan tentang tips-tips berburu profesor untuk study PhD. Sila disimak dan semoga bermanfaat ya Kak. Semangat dan sukses!

  17. […] Berikutnya, kita harus mempersiapkan juga proposal penelitian sebaik mungkin. Tips-tips proposal penelitian untuk berburu profesor dan beasiswa S-3 sudah saya bagikan di tulisan ini. […]

  18. Terimakasih kak Salim sudah berbagi ilmu yang sangat bermanfaat ini..
    mohon izin bertanya mengenai relevansi penelitian kita terhadap bidang pekerjaan yang kita tekuni sekarang, bila dibandingkan dengan bacground studi di S1 hingga pendidikan terakhir yang tidak linier…
    misalnya saat ini saya berprofesi sebagai pendidik di bidang manajemen, tetapi s1 saya teknik dan s2 saya manajemen,
    sebaiknya bagaimana kita tentukan hal ini?
    kaitannya terhadap kepakaran yang kita kuasai, apakah supervisor/pembimbing di kampus luar negeri mempermasalahkan hal ini juga?

    • Terima kasih kembali, kak. Setahu saya supervisor di kampus-kampus Australia tidak mempermasalahkan latar belakang pendidikan sebelumnya yang kurang linier. Dari pengamatan saya, umumnya mereka lebih memperhatikan potensi/prospek dari si calon mahasiswa untuk sukses menempuh studi PhD, yang antara lain mereka lihat dari pengalaman penelitian ataupun portofolio publikasi ilmiah di bidang/disiplin yang saat ini ditekuni. Demikian Kak, semoga membantu ya… Semangat dan sukses!

  19. Assalamualaikum wr.wb
    terima kasih sharing informasinya pak, saya kebetulan sedang binggung mau melakukan apa saja yang kira2 bisa membantu untuk membuat research proposal. rencana untuk mengikuti beasiswa LPDP

    bismillah semoga saya bisa membuat research proposal dengan baik dan diterima untuk lulus beasiswa doctor 2023 amin ya robbal alamin..
    mhn doanya pak

    • Wa’alaikumussalam wrwb. Terima kasih atas atensinya, Bu Citra. Senang mendapati tulisan ini bermanfaat. Semoga dilapangkan dan dimudahkan jalan untuk meraih beasiswa doktoral ya…


Leave a comment

Categories