Setelah dinyatakan lulus seleksi administrasi (baca tulisan saya tentang seleksi administrasi di sini dan di sini), maka langkah selanjutnya adalah bersiap-siap untuk mengikuti seleksi berbasis komputer. Dalam seleksi berbasis komputer ini terdapat tiga mata ujian, yaitu Tes Potensi Akademik (TPA), Soft Competency, dan On-the-Spot Writing.
Untuk On-the-Spot Writing sebenarnya bukan hal baru, namun pada tahun-tahun sebelumnya mata ujian ini termasuk bagian dari seleksi substansi (satu paket dengan verifikasi dokumen, Leaderless Group Discussion, dan wawancara). Namun, TPA dan Soft Competency adalah mata ujian baru yang baru muncul pada seleksi beasiswa LPDP tahun 2018. Jadi para pelamar beasiswa Program Magister/Doktoral Dalam Negeri, yang akan menjalani seleksi ini pada tanggal 9-23 Juli 2018, akan menjadi yang pertama kali mengetahui bagaimana format kedua mata ujian ini.
Nah, di tahun 2017, sebenarnya kami para pelamar beasiswa LPDP juga berhadapan dengan format yang sama sekali baru. Setelah dinyatakan lulus seleksi substansi, kami menerima email yang berisikan petunjuk untuk seleksi yang disebut online assessment. Dalam email itu, disebutkan bahwa online assessment akan terdiri dari ujian VMI (Values and Motives Inventory) dan 15FQ+ (Fifteen Factors Questionnaire Plus).
Tentu saya awam banget dengan kedua jenis ujian tersebut. Maka yang saya lakukan adalah segera mem-familiar-kan diri dengan ujian VMI dan 15FQ+. Saya melihat pengalaman para pelamar beasiswa dalam negeri LPDP yang telah menjalani tes serupa beberapa bulan sebelumnya, melalui tulisan di blog-blog mereka. Sayangnya, hanya sedikit tulisan semacam itu yang saya jumpai, namun setidaknya bisa memberi saya gambaran seperti apa tes VMI dan 15FQ+.
Jadi, saya melengkapi upaya tersebut dengan mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya dari internet. Saya pelajari soal-soal seperti apa yang kemungkinan muncul di VMI dan 15FQ+. Kedua tes ini memang mengukur kualitas diri (kepemimpinan, kemampuan bekerja dalam tim, keberanian mengambil risiko, dst) dan harus dijawab sejujur-jujurnya dan konsisten.
Saya melihat, LPDP terus berusaha memperbaiki mekanisme seleksi mereka dalam upaya mencari kandidat terbaik. Barangkali, TPA dan Soft Competency tahun 2018 ini akhirnya dipandang sebagai titik temu setelah mengevaluasi pelaksanaan tes online assessment tahun 2017 lalu. Di laman ini, LPDP menyampaikan informasi sebagai berikut:
“Seleksi Berbasis Komputer (SBK) merupakan seleksi yang bertujuan untuk menilai potensi akademik pendaftar beasiswa dalam menyelesaikan studi dengan kelulusan berdasarkan passing grade yang ditentukan. Peserta yang mendapat nilai di atas passing grade diberikan kesempatan mengikuti pemetaan kompetensi dan penulisan esai sebagai bahan penilaian pada seleksi substansi. Seleksi SBK ini menggantikan seleksi Online Assessment yang dilaksanakan di tahun sebelumnya. LPDP bekerja sama dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN) dalam penyelenggaraan SBK. Metode SBK ini telah diaplikasikan untuk berbagai seleksi sejenis di Indonesia.”
Tes Potensi Akademik
Untuk TPA dan Soft Competency saya hanya bisa memberikan tips persiapan yang bersifat general saja, karena saya belum tahu persis bagaimana bentuk kedua tes tersebut.
TPA mungkin bukan hal asing bagi banyak orang, misalnya mereka yang pernah mengikutinya ketika melamar pekerjaan, menjalani assessment SDM di kantor, dan keperluan lainnya.
Saya sendiri beberapa kali mengikuti TPA, baik yang berbasis komputer maupun yang berbasis kertas-pensil (hehehe), yaitu ketika mengikuti assessment SDM di kantor dan ketika mengikuti seleksi internal kantor untuk mendapatkan izin sekolah lagi. Yang bisa saya sarankan adalah kita perlu membuat diri se-familiar mungkin dengan soal-soal TPA, yang dapat kita pelajari dari buku, internet, atau sumber lain. Kemudian, kita juga perlu latihan mengerjakan soal-soal untuk membiasakan diri ketika menjalani ujian.
Apabila kita tidak mengetahui jenis soal TPA mana yang akan keluar dalam seleksi berbasis komputer LPDP ini, ada baiknya kita mengetahui berbagai bentuk soal TPA, termasuk tes verbal/bahasa, tes numerik/angka, tes logika, dan tes spasial/gambar. Namun jika panitia seleksi sudah memberikan petunjuk tertentu melalui email kepada para pelamar yang lulus seleksi administrasi, berarti persiapan bisa dipersempit pada item-item yang telah ditentukan.
Soft Competency
Perkiraan saya, tes Soft Competency ini memiliki kemiripan dengan online assessment di seleksi LPDP tahun 2017, yang mengukur karakter seorang pelamar seperti kepemimpinan, keberanian mengambil risiko, kemampuan bekerja dalam tim, dan sebagainya. Sekali lagi, ini hanya perkiraan saya ya…
Ketika menerima email petunjuk teknis dari LPDP terkait seleksi berbasis komputer, perhatikan baik-baik apakah ada petunjuk yang bisa kita jadikan sebagai clue untuk mempersiapkan diri. Misalnya di tahun 2017 lalu, dalam email yang saya terima ada informasi bahwa online assessment akan terdiri dari dari VMI dan 15FQ+. Maka informasi ini menjadi bekal saya untuk mencari tahu mengenai tes VMI dan 15FQ+, kemudian membuat diri familiar dengan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan keluar, serta memperkirakan jawaban yang akan saya berikan.
Tentu bukan kompetensi saya untuk menjelaskan maksud tes Soft Competency ini serta kriteria penilaiannya. Karena itu, yang bisa saya sarankan adalah menjawab sejujur-jujurnya dan juga berusaha menjawab secara konsisten ketika berjumpa dengan pertanyaan yang sama. Perbaikan kualitas diri di dunia nyata mungkin juga akan mendongkrak performa kita dalam tes ini.
On-the-Spot Writing
Di tahun 2017 dan tahun-tahun sebelumnya, On-the-Spot Writing termasuk bagian dari seleksi substansi sehingga pelaksanaannya bertempat di lokasi wawancara, dan para peserta seleksi menulis esai dengan media kertas. Tahun ini, tes ini termasuk seleksi berbasis komputer, jadi kemungkinan para pelamar akan mengikuti tes ini di lokasi seleksi berbasis komputer dan menulis langsung di komputer. Untuk teman-teman yang sudah pernah mengambil IELTS atau TOEFL iBT dan memperoleh skor bagus, menurut saya seharusnya tidak akan terlalu kesulitan mengikuti tes ini.
Yang jelas, topik tulisan baru akan diberikan ketika kita menjalani tes. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, para pelamar diberi dua pilihan topik untuk dipilih salah satu. Tahun lalu saya sempat kecele. Dari blogwalking dan tanya sana-sini, saya mendapat informasi bahwa topik yang keluar adalah current issue, sehingga menjelang hari-H saya banyak membaca berita di media massa untuk mempertajam wawasan saya. Ternyata ketika duduk di meja tes, dua topik yang disodorkan kepada saya adalah tentang kepemimpinan dalam organisasi. Dengan kata lain, ternyata topiknya abstrak banget, hehehe… Karena itu pelamar memang perlu mengantisipasi segala kemungkinan topik tulisan yang diberikan.
Dengan waktu 30 menit (pengalaman tahun 2017), membuat satu esai yang bagus menjadi tugas yang menantang untuk para pelamar beasiswa LPDP. Berikut beberapa tips yang dapat saya bagi:
- Apabila diberi dua pilihan topik, putuskan secara cepat. Jangan terlalu lama menimbang-nimbang. Pilih topik yang paling kita kuasai dan bisa kita kembangkan materinya.
- Di menit-menit pertama, kita pastikan terlebih dahulu kerangka tulisan kita. Memang masing-masing orang memiliki gaya yang berbeda-beda ketika menulis (ada yang biasa membuat kerangka terlebih dahulu, ada yang tidak). Namun, membuat kerangka akan memandu kita untuk mengembangkan materi tulisan dan mengupayakan agar tulisan selesai tepat pada waktunya.
- Kembangkan tulisan berdasarkan kerangka. Saran saya, ikuti tips-tips ujian Writing di IELTS atau TOEFL iBT. Paragraf pertama untuk memperkenalkan topik yang akan kita tulis. Beberapa paragraf berikutnya (2-4 paragraf) untuk menjelaskan opini kita terhadap isu tersebut (bisa mendukung, menentang, atau menjelaskan, tergantung posisi yang kita ambil serta konteks soal). Kemudian, paragraf terakhir untuk menyampaikan kesimpulan dari tulisan.
- Sisakan menit-menit terakhir untuk mem-proofread isi tulisan.
- Upayakan sebaik-baiknya agar tulisan kita tampak sebagai tulisan yang selesai 100%. Jangan sampai ketika waktu habis, tulisan kita kelihatan belum tuntas.
***
Selain mengoptimalkan ikhtiar, selamat memperbanyak doa dan amal kebajikan. Kiranya kita dilimpahi kelancaran dan hasil gemilang dalam menjalani rangkaian seleksi beasiswa LPDP ini. Semangat dan sukses!!
UPDATE: Perlu saya informasikan sekali lagi bahwa saya mengikuti seleksi beasiswa LPDP tahun 2017, yang formatnya jauh berbeda dengan format seleksi tahun 2018 dan 2-2019. Karena itu, untuk kawan-kawan yang sedang mencari informasi pengalaman mengikuti Seleksi Berbasis Komputer LPDP, silakan blogwalking juga di blog peserta seleksi beasiswa LPDP tahun 2018 dan 2019, contohnya di blog ini dan di blog ini.
[Gambar diambil dari sini]
Terima kasih sudah membagikan hal yang sangat penting ini, Pak.
Ini pastinya menjadi catatan penting untuk mereka yang sedang berjuang untuk mendapatkan beasiswa LPDP.
By: Ayu Frani on 4 July 2018
at 1:21 pm
Terima kasih kembali, Mbak Ayu. Terima kasih juga sudah berkunjung. Semoga catatan ini bermanfaat meskipun masih banyak hal yang belum saya ketahui karena masih “gelap”. Sukses selalu ya, Mbak…
By: salimdarmadi on 4 July 2018
at 2:16 pm
Sukses juga untuk Bapak 🙏
By: Ayu Frani on 4 July 2018
at 4:24 pm
Terimakasih Pak sudah membagikan, sangat bermanfaat 🙂
By: Ulfa Fairuz Izdihar on 16 July 2018
at 12:17 pm
Terima kasih kembali, Mbak Ulfa. Sukses selalu ya 🙂
By: salimdarmadi on 16 July 2018
at 5:07 pm
TERIMAKASIH PAK SUDAH SHARE INFONYA. SAYA LAGI CARI CERITA PENGALAMAN TES SBK LPDP DALAM NEGERI TAHUN INI TAPI SEPERTINYA HANYA TULISAN BAPAK YG MEMUAT PENCARIAN SAYA. MOHON INFONYA YA PAK JIKA ADA.
By: Dewi on 21 July 2018
at 8:25 pm
Terima kasih kembali, Mbak Dewi. Sayangnya sejauh ini saya belum dapat info lebih lanjut yang saya peroleh terkait SBK LPDP. Tapi mudah-mudahan sebentar lagi ada peserta SBK LPDP Dalam Negeri yang menceritakan pengalaman mereka di blog-nya. Sukses untuk aplikasi LPDP-nya, Mbak…
By: salimdarmadi on 1 August 2018
at 9:49 am
Halo, pertama-tama terima kasih ya sudah sharing materi ini. Kalau Bapak sudah selesai mengikuti Seleksi Berbasis Komputer ini, apakah berkenan jika saya tanya-tanya sedikit Pak? Karena gagal dalam Online Assessment LPDP tahun lalu, tahun ini saya ingin lebih mempersiapkan diri (untuk tujuan luar negeri). Terima kasih.
By: Hilda Leswara on 31 July 2018
at 6:08 pm
Mbak Hilda, fyi saya juga peserta seleksi LPDP tahun 2017 dan alhamdulillah akhirnya berhasil menjadi awardee beasiswa LPDP. Jadi saya juga belum tahu banyak terkait SBK LPDP tahun 2018 ini. Mudah-mudahan sebentar lagi ada peserta SBK LPDP Dalam Negeri yang menceritakan pengalaman mengikuti SBK di blog mereka. Sukses untuk aplikasi LPDP-nya, Mbak Hilda…
By: salimdarmadi on 1 August 2018
at 9:51 am
Amin – terima kasih ya Pak Salim. Untuk pembaca blog Pak Salim, jika ada yang mengikuti SBK tahun 2018 ini, boleh yah sharing bagaimana pengalamannya. Terima kasih.
By: Hilda Leswara on 5 September 2018
at 2:39 pm
Terima kasih kembali, Mbak Hilda. Semoga segera dapat informasi dari teman-teman yang sudah mengikuti SBK tahun 2018. Sukses ya untuk aplikasi LPDP-nya…
By: salimdarmadi on 10 September 2018
at 7:47 pm
Saya mendaftar BUDI LN 2018 kerjasama Dikti dan LPDP. Dr membaca artikel bpk, banyak ilmu y saya peroleh krn sangat up to date.
Namun, saya mendaftar belum mempunyai LoA, mgkin nilai tawar tdk tinggi. Jadi tdk pede jg, tp semoga semua berlangsung baik nantinya. Yg terpenting ikhtiar dulu dg maksia.
Semoga ada rezeki dan qadarullah bs lolostahap berikutnya.
Btw saya baca2 juga di web kalau PT tujuan kebanyakan applicant milih eropa dan itu ga tll prioritas kalau semua milih eropa. Semoga ttp ada pertimbangan y baik ttg negara tujuan.
Semoga sukses studinya pak.
By: Sri Wahyuni on 23 September 2018
at 6:07 pm
Terima kasih kembali, Mbak Sri. Sukses juga ya untuk perjuangannya meraih beasiswa.
LoA memang bisa mengangkat nilai tawar, namun bagaimanapun juga itu tidak dipersyaratkan oleh LPDP. Jadi semoga dapat kabar baik dan lolos ke tahap berikutnya ya Mbak.
Pada saat yang sama, menurut saya tetap perlu dilanjutkan pencarian LoA-nya sehingga bisa merebut peluang-peluang yang lain… Apalagi kalau lanjut studi S-3, pencarian LoA memerlukan waktu yang lebih panjang…
By: salimdarmadi on 31 October 2018
at 9:39 am
terimakasih informasinya pak, mohon izin bertanya. untuk on the spot writing apakah dituliskan dalam bahasa Inggris?
By: adhi on 3 October 2018
at 9:14 pm
Sama-sama, Adhi. Kalau tujuan universitas luar negeri, on-the-spot essay writing memang dalam bahasa Inggris. Sukses selalu ya…
By: salimdarmadi on 31 October 2018
at 9:40 am
Wah…Ini sangat membantu. Terimakasih Pak informasinya membuka wawasan saya tentang tes-tes tersebut
By: sandyyansiku on 3 October 2018
at 9:39 pm
Terima kasih kembali, Sandy. Sukses selalu ya…
By: salimdarmadi on 31 October 2018
at 9:41 am
Mau tanya pak, untuk on-the-spot writing, apakah essay ditulis dlm bahasa Inggris atau bahasa Indonesia? Terima kasih utk informasi dlm blog bapak, sangat membantu
By: Jenny on 4 October 2018
at 5:19 am
Terima kasih kembali, Jenny. Kalau tujuan universitas luar negeri, on-the-spot essay writing memang dalam bahasa Inggris. Sukses selalu ya…
By: salimdarmadi on 31 October 2018
at 9:42 am
halo, mas. mau tanya, untuk on the spot writing ditentukan jumlah minimal kata-nya atau tidak?
By: Kristal on 6 October 2018
at 7:39 am
Mbak Kristal, setahu saya tidak ditentukan jumlah minimal kata-katanya. Jadi tetap diperhatikan waktunya aja (30 menit), dan pastikan esai kita tampak sebagai tulisan yang utuh mulai dari paragraf pendahuluan hingga paragraf penutup/kesimpulan.
By: salimdarmadi on 31 October 2018
at 9:44 am
[…] writing menjadi bagian dari Seleksi Berbasis Komputer (tips penulisan esai pernah saya bagi di tulisan ini), sedangkan LGD ditiadakan. Karena itu, pada tulisan ini saya hendak berbagi pengalaman sekaligus […]
By: [Pengalaman Seleksi Beasiswa LPDP] Seleksi Wawancara | Salim Darmadi on 25 July 2019
at 1:13 pm