Posted by: Salim Darmadi | 23 June 2014

Kembali dari Haramain, Adakah Saya Semakin Baik?

Kaabah-2

Ka’bah (dok. pribadi)

Marhaban bidhuyuuf ar-Rahman”. Demikian bunyi tulisan besar di dinding terminal haji Bandara Internasional King Abdul Aziz di Jeddah, ucapan selamat datang bagi tamu-tamu Allah yang berdatangan dari berbagai penjuru bumi. Setelah menempuh perjalanan udara selama sembilan setengah jam dari Tanah Air, saya bergabung dengan ratusan jama’ah ‘umrah membentuk antrean di pemeriksaan imigrasi Arab Saudi. Para jama’ah yang juga baru mendarat itu sebagian di antaranya sudah dalam keadaan berpakaian ihram.

Menapakkan kaki di bandara yang merupakan pintu gerbang masuknya para jama’ah haji dan ‘umrah ini, saya merasa sudah demikian dekat dengan dua Tanah Haram, Makkah yang dimuliakan dan Madinah nan bercahaya. Tanah Haram yang seluruh muslim dunia memimpikan untuk menapakkan kaki dan beribadah di sana. Lagi-lagi hati saya tergetar. Allah memperkenankan kami berdua menjadi tamu-Nya, lebih cepat dari dugaan kami. Kurang lebih hingga seminggu ke depan, hari-hari akan kami lewatkan di seputar Masjid an-Nabawi asy-Syarif, kemudian di sekitar rumah suci Ka’bah di Masjid al-Haram.

Bagaimana rasanya melewatkan tiga hari ketika bertetangga dengan masjid Rasulullah di Madinah? Yang jelas, saya merasakan menanjaknya grafik keimanan dan menggelegaknya semangat memperbanyak ibadah. Bagaimana tidak, suasana penghambaan dan semangat memenuhi panggilan Allah begitu terasa di sini. Amat sangat terasa. Satu jam sebelum adzan, para peziarah maupun muqimin sudah berbondong-bondong memenuhi pelataran dan bagian dalam masjid an-Nabawi. Begitu adzan berkumandang, toko-toko dan pusat perbelanjaan serentak tutup. Pelataran masjid, dengan tiang-tiang berpayung raksasa yang membuka di kala siang dan menutup di waktu malam, seakan dipadati manusia sepanjang waktu.

Di dalam masjid, banyak-banyak melaksanakan bermacam ibadah menjadi agenda utama. Akan mudah dijumpai di berbagai sudut masjid orang-orang yang mendirikan shalat wajib maupun sunnah, membaca Qur’an, berdzikir, dan menyimak majelis ilmu dalam beragam bahasa. Larut menyelami panggilan yang diserukan muadzin, menghayati bacaan Qur’an sang imam yang mengalun syahdu, dan mengaminkan doa-doa yang dilantunkan oleh khatib Jum’at.

Inilah masjid Nabi, yang didirikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam setiba beliau di kota ini empat belas abad lampau. Peziarah berlomba-lomba meramaikan area yang merupakan lokasi semula masjid Nabawi saat didirikan oleh sang Rasul. Siapa yang tak ingin shalat sunnah dan mengurai munajat di Raudhah di antara mimbar dan rumah beliau, yang merupakan satu taman dari taman-taman surga? Persis di sebelah timur Raudhah, di lokasi yang dulunya merupakan kediaman Nabi, terbujur makam Rasulullah dan dua sahabat terbaik beliau, Abu Bakr ibn Abi Quhafah dan ‘Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma. Jama’ah ramai mengunjungi makam mereka, berucap salam dan shalawat.

Selepas tiga hari “berjiran” dengan Rasulullah di kota Nabi, tiba saatnya kami meninggalkan tanah ini, dengan harapan diperkenankan berziarah kembali ke sini suatu hari nanti. Dari penginapan, kami sudah berpakaian ihram dan kemudian menuju Masjid Bi’r ‘Ali di daerah Dzulhulaifah, pinggiran Madinah, untuk mengambil miqat. Perjalanan sekitar enam jam dari Madinah menuju Makkah begitu saya nikmati. Sambil terpekur menikmati pemandangan senja yang mengungkungi gurun luas yang dibelah oleh jalan raya, kami memperbanyak bacaan talbiyah, menegaskan niat kami untuk datang memenuhi panggilan-Nya. Labbaika Allaahumma labbaik

Di Makkah, tanda-tanda kebesaran itu ditampakkan-Nya satu persatu. Memasuki Masjid al-Haram, akhirnya mata saya menangkap sebentuk rumah suci-Nya, bangunan besar berbalut kain hitam itu. Kami pun bergabung dengan ribuan jama’ah yang membanjiri pelataran Ka’bah, mengelilinginya tujuh kali sambil lisan dan hati tak putus-putus mengagungkan-Nya, mengurai munajat kepada-Nya, dan memohon shalawat atas Rasul-Nya. Setelah menapaktilasi perjalanan bolak-balik Bunda Hajar yang menyejarah di antara Bukit Shafa dan Marwah dan kemudian dilanjutkan dengan memendekkan rambut (tahallul), usailah prosesi ibadah umrah kami.

Tiga setengah hari di Makkah, kami memperbanyak ibadah di Masjid al-Haram, diselingi dengan acara ziarah ke beberapa tempat di seputar kota suci ini. Bagi saya (dan saya yakin bagi banyak orang), pemandangan luar biasa adalah Ka’bah berikut manusia yang hampir tanpa henti memutarinya. Kadang saya sengaja naik ke lantai dua masjid, berdiri di balkon yang menghadap pelataran Ka’bah, dan menyaksikan pemandangan yang demikian mempesona. Benarlah bahwa Ka’bah ini adalah tanda-tanda kuasa-Nya. Pusat alam semesta; arah shalat bagi semiliar lebih manusia di muka bumi. Manusia melakukan thawaf di sekelilingnya terus-menerus dan hanya berhenti kala shalat wajib berjama’ah ditegakkan. Dari lisan-lisan mereka begitu ramai terucap takbir, tasbih, tahmid, tahlil, puja-puji, istighfar, taubat, shalawat, dan segala pinta.

Merasai ketundukan diri di hadapan-Nya, merasakan kenikmatan beribadah yang demikian sangat… Tanah Haram ini memang teramat memikat. Ada kerinduan mendalam bagi mereka yang pernah mengunjunginya. Ada kesedihan ketika harus mengucapkan selamat tinggal tatkala episode bertamu ini sudah sampai di penghujungnya.

Saya kemudian bertanya pada diri sendiri, apakah hanya “sekadar” kenikmatan beribadah sahaja yang seharusnya saya dapatkan dari perjalanan penuh kesan ke dua Tanah Haram ini?


Responses

  1. Nice post mas salim….

    • Alhamdulillah, matur nuwun Mas Adis. Semoga bermanfaat… 🙂

  2. Makasih Mas Salim..tulisannya menambah semangat.. Mudah2an saya jg bisa merasakan kenikmatan beribadah di Haramain.. Aamiin..

    • Halo Cit, hope life’s treating you very well… 🙂
      Sama-sama Cit, semoga dimudahkan jalan kita semua untuk ke sana.


Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Categories

%d bloggers like this: