Posted by: Salim Darmadi | 8 April 2014

Suara Saya, Hak Politik Saya

logo-pemilu-2014Setidaknya bagi saya, politik sama sekali bukan urusan remeh-temeh. Politik adalah tentang melayani urusan hidup rakyat banyak. Dampak dari keputusan-keputusan politik juga menyangkut banyak aspek kehidupan. Dalam sebuah sistem demokrasi, saya sebagai bagian dari rakyat turut ambil bagian dalam menentukan arah perjalanan bangsa ke depan. Saya berhak turut menentukan siapa yang akan memimpin saya, siapa yang akan mewakili saya mengontrol jalannya pemerintahan.

Setidaknya bagi saya, rentang kekuasaan yang dipegang oleh sebuah pemerintahan demikian besar. Ia mengurusi pendidikan hingga sosial-budaya, dari hubungan luar negeri hingga pertahanan, dari ekonomi hingga soal keluarga. Tak perlulah saya mengambil contoh-contoh yang muluk bagaimana pemerintahan negeri ini memegang peran besar dalam melaksanakan hajat hidup saya. Cukuplah saya melongok dompet yang hampir selalu menemani ke mana pun saya melangkah. Dari lembaran mata uang, tumpukan kartu, hingga lipatan dokumen, semua terkait urusan hidup yang harus dipenuhi oleh pemerintahan. Sebagai warga negara, saya berhajat hak saya terpenuhi dan ada perbaikan berkelanjutan atas upaya pemenuhan bermacam hak itu.

Entah, yang jelas saya kadang tergoda untuk turut apatis terhadap politik negeri ini. Ingin rasanya membuang muka lalu memuntahkan air ludah, karena muaknya saya melihat aneka adegan yang dipentaskan di atas panggung politik, yang dipertontonkan tanpa tedeng aling-aling oleh media yang sering saya ragukan misi dan independensinya. Namun, ketika masih ada daftar panjang urusan orang banyak yang seharusnya terpenuhi dengan kualitas yang terus meningkat, saya kemudian justru mempertanyakan apakah apatisme itu masih relevan.

Bagaimana saya bisa apatis, manakala saya masih memiliki bertumpuk hajat, di mana politik memiliki peran besar untuk mewujudkannya? Sebagai anak bangsa, saya ingin negeri saya terus maju dan menjadi bangsa yang dihormati di tengah percaturan dunia. Sebagai pegawai sektor publik, saya ingin institusi saya membawa semakin banyak manfaat bagi masyarakat. Sebagai calon orang tua (insya Allah), saya menginginkan adanya lingkungan yang ramah dan suportif bagi tumbuh-kembangnya generasi penerus. Sebagai pengajar dan pendidik, saya ingin ada tindakan nyata untuk menyelamatkan anak muda dari dekadensi moral yang semakin menjadi. Sebagai muslim yang tumbuh di tengah kalangan santri, saya berhajat pesan-pesan ilahiyah semakin terarusutamakan di tengah gelombang materialisme dan hedonisme yang menyerbu dari berbagai penjuru.

Di mata saya, tidak ada partai politik yang sempurna. Tiada pula calon wakil rakyat yang luput dari cacat. Namun, saya dikaruniai akal pikiran untuk mencari dan mempertimbangkan, mana partai dan siapa sosok yang sekiranya dapat saya harapkan untuk memperjuangkan terpenuhinya beragam hajat hidup saya. Mencari sosok baik di tengah kondisi yang demikian centang-perenang, bisa jadi menuntut upaya ekstra. Syukurlah, ada banyak alat bantu yang dapat saya manfaatkan untuk menelisik visi-misi, sepak terjang, wawasan kebangsaan, dan jati diri suatu partai atau seorang calon legislatif. Tentu saya tidak rela melihat posisi-posisi legislatif dan eksekutif dipenuhi oleh sosok-sosok yang hanya mengedepankan oportunisme semata, yang jauh dari nilai-nilai yang seharusnya melekat pada seorang pemegang mandat orang banyak.

Maka, pelan namun pasti, pilihan saya semakin mengerucut. Saya sudah menetapkan partai dan individu yang akan saya pilih besok. Ya, pilihan yang saya dasarkan pada dua senjata: hati nurani dan logika. Maka ketika logika dan nurani telah bermain, tak perlulah saya larut dan terseret oleh hingar-bingar media massa, tren sesaat yang mengemuka, ataupun provokasi lancung yang hendak membawa bangsa ini entah ke mana.

Hari ini saya mengambil cuti, bertepatan dengan sehari menjelang lima tahunan pesta demokrasi. Dengan izin-Nya dan dengan menyebut nama-Nya, besok pagi saya akan melangkah menuju tempat pemungutan suara dan menyuarakan aspirasi saya. Dengan segenap kesungguhan, tentu. Karena sekali lagi, setidaknya bagi saya, politik bukanlah urusan main-main.


Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Categories

%d bloggers like this: