Apabila kita ditanya siapakah di antara manusia yang demikian berjasa dalam kehidupan kita, rasanya kita akan sepakat menjawab: ayah dan ibu kita. Merekalah sepasang manusia yang dengan segala ketulusan telah melimpahkan kasih sayangnya kepada kita. Saya pun demikian. Dari Bapak dan Ibu saya banyak mendapatkan pelajaran berharga, yang akan menambah rasa syukur kepada Allah Ar-Rahman.
Ayah saya adalah sosok yang telah terbiasa bekerja keras sejak muda. Waktu kecil, ia membantu orangtua di ladang di sela-sela waktu sekolah. Mengawali karier sebagai guru sekolah dasar pada usia belasan tahun. Keinginannya berkontribusi bagi tanah kelahiran terwujud ketika ia menjabat kepala desa selama sembilan belas tahun hingga tahun 1990 (waktu itu umumnya jabatan kepala desa dipangku seumur hidup dan tidak ada batasan waktu). Antara lain karena kejenuhan, ia memutuskan untuk mengundurkan diri.
Di daerah kami, gaji kepala desa diberikan dalam bentuk lahan pertanian untuk diolah, dan harus dikembalikan kepada desa setelah masa jabatan berakhir. Banyak kepala desa yang jatuh miskin setelah menjabat karena tidak punya harta lagi. Alhamdulillah, Bapak tidak demikian. Ia terus menabung sedikit demi sedikit dan merencanakan ekonomi keluarga dengan cermat, apalagi harus membesarkan lima orang anak.
Saya pernah iseng bertanya kepadanya, ”Pak, umumnya orang-orang berada di desa merasa cukup mewariskan tanah kepada anak-anaknya tanpa begitu memikirkan pendidikan tinggi untuk mereka. Mengapa Bapak mendorong kami untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi?”
Ia menjawab dengan jawaban singkat, ”Bapak tidak hanya ingin mewariskan harta kepada anak-anak Bapak, tetapi juga mewariskan ilmu.” Dalam kesempatan lain ia berkata, ”Menyayangi anak itu tidak hanya dengan menyuapi atau menidurkan mereka, tetapi juga harus memikirkan masa depannya.”
Dari Ibu, saya juga belajar banyak hal. Ia adalah putri seorang kiai terhormat, anak yang sangat menghormati dan menaati orangtua. Kesehariannya selalu diwarnai shalat, membaca Alquran, dan berdzikir. Kami selalu diingatkan untuk menjaga dan memelihara shalat, membaca Alquran, berdzikir, dan bershalawat atas Nabi. Ia adalah seorang aktivis organisasi kepemudaan sejak remaja. Ketika Bapak memegang amanah sebagai kepala desa, ia juga aktif sebagai ketua penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga. Ketika Bapak memutuskan resign dari jabatan kepala desa, ia menghabiskan hampir seluruh waktu di rumah, mengurus keluarga dan anak-anak.
Terlahir dari sepasang orangtua seperti mereka adalah karunia yang harus terus saya syukuri. Kasih sayang mereka begitu luas. Saya sungguh tidak bisa membayangkan seluas apakah kasih sayang Allah. Alhamdulillah.
(Juli 2007)
[…] Credits: https://salimdarmadi.wordpress.com/2012/08/13/pelajaran-berharga-dari-kedua-orang-tua/ , muslim-academy.com – doblelol.com – […]
By: Everyone has family problems | Stories for Muslim Kids on 22 January 2014
at 10:20 am