Posted by: Salim Darmadi | 13 August 2012

Ke Jakarta Aku T’lah Kembali

Medio Juli

Rekan-rekan Indonesia saya di Sunshine State pernah mengeluarkan ucapan setengah bercanda, “Brisbane itu terasa indah sampai sebulan setelah datang dan sebulan sebelum pulang.” Saya merasakan ungkapan itu benar adanya kini. Termasuk di sore ini ketika kereta Queensland Railway membawa saya menuju Brisbane Airport. Sebelumnya, di dalam angkutan umum mungkin saya akan lebih sibuk pada bacaan atau mengakses internet dengan ponsel. Namun tidak kali ini, di mana dua minggu dari sekarang adalah jadwal kepulangan saya ke Tanah Air. Dari jendela lebar gerbong, saya menikmati pemandangan sore dengan langit baratnya yang merah, serta daerah-daerah permukiman penduduk yang lengang di utara Brisbane.

Gedung megah terminal internasional Brisbane Airport mulai kelihatan. Tak lama lagi, penantian hampir lima bulan ini akan berakhir. Tak sabar rasanya saya menunggu pesawat dari Kuala Lumpur itu tiba, lalu menyambut dia dengan sukacita dan mengucapkan, “Welcome to the land of kangaroos, Sweetheart…

Akhir Juli

Di sinilah saya sekarang, dengan toga dan jubah hitam-biru, di tengah acara wisuda ratusan mahasiswa Faculty of Business, Economics, and Law di auditorium kampus kami. Ijazah telah tergenggam di tangan, dan University of Queensland telah resmi menjadi almamater saya kini. Saya mengingat-ingat perjalanan dua tahun saya di pesisir timur Negeri Kanguru ini. Tidak melulu kisah sukses memang, namun saya lega akhirnya telah tertuntaskan, alhamdulillah.

Acara wisuda sudah sampai ke penghujungnya. Dalam sebuah prosesi kebesaran, para petinggi universitas turun dari panggung dan berjalan pelan menyeberangi ruangan auditorium. Kemudian, dalam komando yang elegan, para wisudawan berjalan teratur mengikuti mereka, melangkah meninggalkan ruangan auditorium. Lagu legendaris dalam bahasa Latin itu pun mulai dikumandangkan untuk kami, yang telah menjadi alumni UQ.

Gaudeamus igitur, juvenes dum sumus. Post jucundem juventutem, post molestam senectutem, nos habebit humus…

Dalam langkah-langkah pelan ini, terbayang di hadapan saya akan jalan panjang yang insya Allah akan saya lalui. Mungkin jalan itu nantinya tidak selalu mulus dan mudah, namun harapan akan rahmat-Nya semoga menguatkan saya untuk terus menitinya. Dan lagu itu pun terus bergema…

Vivat academia, vivant professores. Vivat membrum quodiblet, vivant membra quaelibet, simper sint in flore…

 Awal Agustus

 Monas yang tinggi menjulang dengan emas di puncaknya seolah menyambut kereta rel listrik yang membawa saya dari Depok, di pagi cerah ini. Di stasiun dengan warna dominan hijau muda yang membatasi sisi timur lapangan Monas, saya bersama ratusan komuter lainnya turun dari kereta, menuruni tangga stasiun, dan menuju tempat aktivitas masing-masing. Kali ini saya memilih berjalan kaki ke kantor, sebuah alternatif selain Kopaja dan ojek.

Sekitar seminggu yang lalu, saya larut dengan perpisahan hangat bersama belasan sahabat yang melepas saya di Brisbane Airport. Esok paginya pesawat yang kami tumpangi mendarat di Changi, dan kami menyempatkan diri melongok beberapa sudut Negeri Singa itu. Malamnya, kami tiba di Tanah Air disambut wajah gembira ayah dan ibu mertua.

Tentu tidak pelu waktu lama bagi saya untuk beradaptasi kembali di negeri sendiri. Saya merasa saya sudah kembali di dunia nyata di mana saya seharusnya berkarya nyata. Keringat bangsa sendiri dan situasi keseharian negeri ini terasa harum dan akrab kembali buat saya. Seperti biasa, penyakit belagu saya untuk membanding-bandingkan negeri sendiri dan negeri tetangga kadang muncul tanpa sadar. Tentu saja bukan pada tempatnya selalu membanding-bandingkan antara naik Koantas 510 jurusan Ciputat-Kampung Rambutan melalui Pasar Ciputat dan Jalan Djuanda yang macet dan semrawut (yang saya tumpangi ketika mengunjungi kantor istri di hari kedua saya di Tanah Air) dengan naik Brisbane Transport 412 yang menghubungkan kampus UQ St Lucia dan Brisbane CBD, melalui Coronation Drive di tepi Brisbane River dengan lingkungan yang tertata rapi!

Jalan Pejambon semakin ramai. Sebuah bus kecil melintas. Warnanya merah bercampur jingga dengan tulisan mencolok: Enjoy Jakarta!

Yeah, I have to… 🙂

Agustus 2010, gambar dari Google


Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Categories

%d bloggers like this: